Kamis, 31 Juli 2008

Halalan thoyiban

Dari judulnya pasti dah ketebak kalo kita mau ngomongin tentang makan memakan. Yap tentu makanan yg halal dan thoyib dong.
Karna terkadang kita sering melupakan buntutnya. Sehingga asal makanan itu halal maen sambet aja.

Tentunya sudah bukan pemandangan yg asing lagi bagi kita apabila kita menjumpai banyaknya warung2 makanan di sepanjang kota jogja ini. Apalagi jalan2 yang sering dilalui oleh pelajar2 di segala stratanya. Utamanya pelajar yang ngekost. Tentunya mereka ga mau dong direpotkan dengan masalah makan memakan ini. Prinsipnya yg penting cepat, praktis, murah tur enak. Dengan kondisi yang demikian walhasil banyak orang ingin mengadu peruntungan lewat jalan yang satu ini.
Sehingga jadilah Yang penting enak dan murah menjadi modal dan prinsip utama mereka sehingga membuat sebagian orang membuang prinsip thoyib dibelakang kata halal.
Yang mana hal inilah yg menyebabkan mereka menghalalkan segala cara alias ngawur.
Asal punya modal dan makanan yg dijual enak dan murah maka berdirilah warung makanan mereka.
Dewasa ini berapa banyak pedagang mie ayam yang mengganti daging ayam dengan daging tikus? Ini sih dah jelas ga halal yah.
G usah jauh2 lah, yg halal2 ajah. Sekarang kita tengok saja pada penjual bakso, ato soto etc.
Coba kita perhatikan baek2 seberapa banyak mereka membubuhkan micin(msg) dlm semangkuk bakso. Yang mgkn setara dgn yg dibubuhkan o/ para ibu pada sepanci sup. Jelas saja enak.(lha wong air ajah klo dikasih micin jd enak).
Tapi tetep halalkan?
Tapi thoyibah kah?
Seperti kita tau bahwa msg itu sangat berbahaya u dikonsumsi. Krn selaen bisa merusak otak dia juga dikenal sebagai bahan karsinogenik alias pemicu kanker.
Tapi memang kadang efek yang tak kunjung terjadi membwt orang lengah dan tdk segera tersadar dr mimpinya.
Kebanyakan dari kita manusia pd umumnya tlh terbius dgn kenikmatan sesaat yg ada pada racun yg siap membunuh kita secara perlahan ini.
Siapa sih diantara kita yang tidak tau bahaya msg? Bahkan nenek yg tdk pernah mengenyam bangku sekolahan pun tau akan bahaya micin ini. Sekalipun hanya tau kl msg ini bs bikin bodoh.
Tapi apakah mereka berhenti untuk mengkonsumsi?
Kenapa malah semakin banyak saja produk2 msg yang ditawarkan dewasa ini?
Bukankah ini sebagai pertanda bahwa semakin banyak kebutuhan konsumen akn bahan berbahaya ini.
Banyak diantara kita mengkonsumsi micin dalam keadaan kita tau akan bahayanya.
Mau bagaimana lagi habis g enak kalo g pake micin. Lantas apakah kita siap dgn berbagai pertanyaan yg kan dtujukan pd kt nanti, tentang amanah u menjaga tubuh kita. Bukankah telah sampai pada kita ayat yang melarang diri kita untuk melemparkan diri kita pada kebinasaan.

Disini saya tidak bermaksud untuk mengharamkan apa2 yang telah Allah halalkan,karena bagaimanapun tidak ada dalil yg melarang ato mengharamkan makanan yang mengandung msg.
Terlebih kita tau makanan yg mengunakan bahan kimia spt pengawet, penyedap, pewarna,pemanis,dkk itu seabrek,dan pasti sulit banget buat menghindari hal itu.

Saya hanya hendak menghimbau pada rekans semua untuk berhenti mengkonsumsi bahan ini. Kalo bener g bisa setidaknya mengurangilah kalo masih g bisa setidaknya pernah berusaha mengurangilah.
Jangan sampai kita nyeselnya pas badan kita dah g sekuat dulu, ato badan kt dah g kuat lg buat beribadah.
Bukankah kita diciptain cuma untuk beribadah pada ALLAH.
Kalo badan dah g mendukung gmn?

1 komentar:

mi' oci mengatakan...

Sebenarnya, seorang muslim melihat makanan dan minuman itu sebagai sarana, dan bukan tujuan. Ia makan dan minum untuk menjaga kesehatan badannya karena dengan badan yang sehat, ia bisa beribadah kepada Allah Ta'ala dengan maksimal. Itulah ibadah yang menyebabkannya memperoleh kemuliaan, dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Ia tidak makan minum karena makanan dan minuman, serta syahwat keduanya saja.
Ia meniatkan makanan dan minumannya untuk menguatkan ibadahnya kepada Allah Ta‘ala, agar ia diberi pahala karena apa yang ia makan, dan ia minum. Sesuatu yang mubah jika diniatkan untuk ibadah kepada Allah, maka berubah statusnya menjadi ketaatan dan seorang Muslim diberi pahala karenanya.
Maka sudah seharusnya bagi yang mangaku orang muslim untuk menjaga apa-apa yang dimakannya dan yang terpenting Allah Ta'ala telah memerintahkannya di dalam firmanNYA suroh Al-Baqarah:172. Sehingga tidak ada lagi hujjah bagi orang yang telah tahu akan buruknya suatu makanan namun tetap memakannya.